LENSA.TODAY, -(KABGOR)- Tekanan agar dilaksanakannya Musyawarah Luar Biasa (Muslub) Ikatan Alumni SMAN 1 Limboto (IKA SMANSAL) kini memasuki fase yang lebih serius. Kekecewaan terhadap kepemimpinan Abdul Karim Akase, atau yang lebih dikenal sebagai Bro AKA, bukan lagi bisik-bisik dalam grup WhatsApp alumni, melainkan telah menjelma menjadi tuntutan terbuka dari lintas angkatan.
Salah satu tokoh alumni yang secara terang-terangan menyuarakan kritik adalah Weli Hasan, alumni senior yang selama ini dikenal sebagai jembatan antar generasi dalam komunitas SMANSAL.

“Organisasi ini tidak didirikan untuk melayani ambisi individu. IKA SMANSAL adalah rumah besar alumni yang seharusnya menjadi ruang kolaborasi, bukan dikerdilkan menjadi panggung politik sesaat,” ujar Weli dengan tegas namun terukur.
Menurut Weli, selama hampir tiga tahun memimpin, Bro AKA gagal membangun arah kepengurusan yang inklusif, transparan, dan berdampak nyata. Ia menyebut kepemimpinan saat ini cenderung tertutup, tak komunikatif, dan jauh dari nilai-nilai pengabdian alumni yang seharusnya menjadi roh dari organisasi.
“Banyak alumni merasa terpinggirkan. Tidak ada ruang partisipasi, tidak ada transparansi dalam kebijakan, dan lebih parah lagi tidak ada capaian konkret yang bisa dibanggakan. Ini adalah bentuk kegagalan struktural,” tegas Weli.
Ia menambahkan, janji-janji Bro AKA saat mencalonkan diri dalam Mubes terakhir nyaris tak satu pun terwujud. Alih-alih membangun semangat kolektif, kepengurusan justru mewariskan rasa apatis, sinisme, dan keterputusan antargenerasi alumni.
“IKA hari ini seperti berjalan tanpa ruh. Tidak ada program kerja strategis, tidak ada inisiatif pembangunan jaringan alumni, dan tidak ada kontribusi yang berarti bagi almamater. Yang ada hanyalah simbol-simbol kosong dan retorika yang menyesatkan,” kritik Weli.
Kekhawatiran terbesar, kata Weli, adalah ketika organisasi alumni yang seharusnya menjadi wadah netral dan mandiri, justru terjebak dalam manuver politik individu. Ia menilai hal ini telah merusak marwah organisasi dan mencederai semangat kebersamaan yang dibangun puluhan tahun.
“IKA bukan alat. Dan tidak boleh dijadikan alat. Jika dibiarkan, bukan hanya kredibilitas Bro AKA yang runtuh, tapi juga nama baik SMAN 1 Limboto yang ikut tercoreng,” tandasnya.
Sebagai respon atas kegagalan ini, Weli bersama sejumlah alumni lintas angkatan telah menyepakati untuk mendorong terbentuknya Panitia Muslub Independen yang bertugas merumuskan arah pembaruan organisasi secara menyeluruh baik secara struktural maupun kultural.
“Muslub ini bukan sekadar soal pergantian figur. Ini tentang menyelamatkan organisasi dari stagnasi, dari egoisme, dan dari kepemimpinan yang kehilangan kepekaan terhadap suara anggotanya,” ujar Weli, menutup pernyataannya.
Dengan semangat restoratif dan tekad kolektif, desakan ini tidak hanya menjadi kritik, tetapi juga menjadi panggilan untuk menyatukan kembali alumni dalam semangat kebersamaan, kontribusi, dan pengabdian terhadap almamater. (Arb)