LENSA.TODAY, -(NASIONAL)- Anggota DPR RI dari Partai Nasdem, Rachmat Gobel, menegaskan bahwa membangun industri sejati bukan sekadar membangun pabrik. Lebih dari sekadar mengejar untung, membangun industri berarti membangun manusia, membangun peradaban, dan pada akhirnya membangun Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Gobel dengan penuh semangat saat menjadi keynote speech dalam acara diskusi dan bedah buku Praksis Pancasila Penerapan Ideologi Pancasila di Perusahaan Gobel, yang digelar di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat.
“Pabrik hanya mengejar untung-rugi. Kalau rugi, bisa tutup dan pindah ke negara lain. Tapi industri sejati membangun ekosistem, memperhatikan keberlanjutan, dan yang terpenting membangun manusia,” ujar Gobel lantang, disambut antusiasme para peserta diskusi.
Bagi Gobel, kunci dari keberhasilan industri nasional terletak pada investasi di bidang sumber daya manusia.
Menurutnya, transfer teknologi tidak bisa terjadi tanpa peningkatan kualitas manusia. Inilah yang menurutnya menjadi ciri khas praktik ekonomi Pancasila di Perusahaan Gobel, bukan sekadar membuka lapangan kerja, tapi mentransformasikan kemampuan bangsa.
Ekonomi Pancasila yang Berakar pada Nilai dan Kemanusiaan.
Dalam paparannya, Gobel menegaskan bahwa perusahaan milik keluarganya menerapkan prinsip “memanusiakan manusia, bukan sekadar mempekerjakan manusia.” Seluruh karyawan dari direksi hingga level terbawah dipandang sebagai satu keluarga besar yang saling menopang.
“Keuntungan itu dimulai dari karyawan terbawah. Ada kesetaraan. Di perusahaan kami, presiden serikat pekerja bisa memarahi owner jika perlu. Itulah makna pengawasan yang sehat dan demokratis,” kata Gobel dengan senyum.
Dalam diskusi yang menghadirkan akademisi terkemuka seperti Prof. Dr. Syopiansyah Jaya Putra (Rektor Institut Teknologi Indonesia), Prof. Dr. JM Muslimin (Kepala Pascasarjana UIN Syahid), dan Dr. Husni Tejasukmana (Dekan FST UIN), mengemuka bahwa nilai-nilai Pancasila tidak hanya menjadi simbol, tetapi benar-benar hidup di tubuh perusahaan Gobel sejak era Thayeb M. Gobel, sang pendiri.
Tujuh Prinsip Perusahaan, Landasan Industri Berkepribadian Pancasila.
Penulis buku, Nasihin Masha, menjelaskan bahwa nilai-nilai Pancasila diwujudkan secara nyata dalam Tujuh Prinsip Perusahaan Gobel, yaitu:
• Bakti kepada negara melalui industri
• Kejujuran dan keadilan
• Kerja sama yang selaras
• Perjuangan untuk perbaikan
• Ramah tamah dan kesatria
• Adaptif terhadap zaman
• Syukur dan rasa terima kasih
Prinsip-prinsip ini terwujud dalam kebijakan nyata, upacara bendera rutin, forum Free Talk untuk semua karyawan, fasilitas daycare dan kesehatan, koperasi, serta pusat pengembangan SDM yang telah eksis sejak 1970-an jauh sebelum isu HAM dan reformasi menggema di Indonesia.
Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh: Budaya Industri yang Membangun Bangsa
Prof. Syopiansyah menilai pendekatan Thayeb Gobel bukan sekadar kolaborasi bisnis (joint venture), tetapi lebih dalam kolaborasi visi (joint vision) untuk memajukan Indonesia. Dengan mendorong transfer teknologi, mengurangi ketergantungan impor, dan membangun kemandirian, Gobel Group menjadi pelopor industri nasional berbasis nilai.
Sementara Prof. JM Muslimin menegaskan bahwa ekonomi Pancasila adalah ekonomi yang punya arah dan nilai. Angka boleh berubah, tetapi nilai harus abadi. Dan nilai-nilai itu, kata Muslimin, tumbuh subur di perusahaan Gobel menjadikannya contoh ideal bagi masa depan industri Indonesia.
Membangun Indonesia dari Manusia Indonesia
Rachmat Gobel menutup pidatonya dengan semangat yang membakar harapan “Kita tidak akan pernah bisa membangun Indonesia hanya dengan pabrik. Tapi kita bisa membangun Indonesia yang mandiri dan bermartabat lewat industri yang memuliakan manusia, menjunjung nilai, dan memajukan teknologi. Inilah jalan Pancasila. Inilah jalan kita!”
Semangat membangun Indonesia bukan hanya soal ekonomi, tapi tentang mewujudkan keadilan sosial, menegakkan kemanusiaan, dan mengangkat martabat bangsa lewat kerja nyata, nilai luhur, dan SDM unggul. (Arb)