LENSA.TODAY, -(KABGOR)- Belakangan ini, beredar isu tak sedap di lingkungan DPRD Kabupaten Gorontalo
Dugaan perselingkuhan di antara para pejabat serta kasus pemerasan oleh staf terhadap anggota legislatif mencuat ke publik. Jika benar, ini bukan sekadar skandal pribadi, melainkan cerminan buruk etika dan moral wakil rakyat.
Sebagai lembaga yang seharusnya menjadi contoh dalam menjalankan amanah publik, DPRD semestinya menjunjung tinggi nilai integritas. Namun, jika justru dirundung isu perselingkuhan dan praktik pemerasan, bagaimana masyarakat bisa tetap percaya?
Lebih dari sekadar isu pribadi, perselingkuhan di lingkungan pemerintahan juga berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Relasi kuasa antara anggota DPRD dan stafnya membuka kemungkinan adanya penyalahgunaan jabatan, baik dalam bentuk nepotisme maupun tekanan psikologis yang menguntungkan satu pihak.
Kasus semacam ini juga memperkuat anggapan bahwa sebagian pejabat lebih sibuk dengan urusan pribadi daripada bekerja untuk kepentingan rakyat. Alih-alih fokus pada kebijakan yang berdampak positif bagi masyarakat, mereka justru terjebak dalam skandal yang merusak citra lembaga legislatif.
Kini beredar player dari Aliansi Mahasiswa dan pemuda peduli Gorontalo terkait seruan aksi yang mendesak badan kehormatan DPRD Kabupaten Gorontalo untuk mencopot oknum anggota DPRD yang terlibat skandal.
Olehnya, DPRD sebagai lembaga yang memiliki tanggung jawab besar dalam pembuatan kebijakan daerah, harus segera menegakkan kode etik yang lebih ketat terhadap para oknum-oknum anggota DPRD yang diduga merusak citra lembaga yang dilegitimasi oleh rakyat.
Sampai berita ini diterbitkan, tim redaksi lensa.today terus melakukan investigasi dan mengumpulkan data-data terkait dugaan skandal tersebut. (Arb)