LENSA.TODAY, -(GORONTALO)- Aksi penganiayaan terhadap Ketua Bidang Hukum, Pertahanan, dan Keamanan Badko Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sulawesi Utara–Gorontalo memicu kecaman keras dari organisasi mahasiswa tersebut.
Insiden ini terjadi di tengah upaya intensif HMI mengawal dugaan kasus mafia tambang yang ditengarai melibatkan oknum aparat penegak hukum dan institusi negara.
Ketua Badko HMI Sulut-Go, Aris Setiawan, menyebut serangan tersebut bukan sekadar tindak kekerasan biasa, melainkan bentuk teror yang sengaja dilancarkan untuk membungkam suara kritis mahasiswa.
“Kami tidak melihat ini sebagai insiden biasa. Ini adalah bentuk teror terhadap gerakan anti-mafia tambang, yang ingin membungkam keberanian kader HMI dalam mengungkap praktik tambang ilegal dan pelanggaran hukum,” ujarnya, Selasa (13/5).
Menurut Aris, dugaan keterlibatan oknum aparat penegak hukum dalam kejahatan tambang semakin memperlihatkan bobroknya sistem hukum di Indonesia. Ia menilai bahwa aparat justru telah kehilangan orientasi sebagai pelindung rakyat dan penegak keadilan.
Badko HMI Sulut-Go mendesak Kapolda Gorontalo untuk segera mengusut tuntas kasus ini dan menangkap pelaku maupun aktor intelektual di balik kekerasan tersebut. HMI juga menyerukan solidaritas masyarakat sipil agar tidak tunduk terhadap upaya intimidasi.
“Jika institusi kepolisian masih punya harga diri, ini saatnya untuk membuktikan bahwa hukum tidak tunduk pada kekuasaan mafia. Kami tidak akan mundur. Jika satu kader HMI diserang, maka seribu lainnya akan berdiri lebih teguh,” tegas Aris.
Lebih lanjut, Badko HMI memastikan akan terus mengawal kasus ini hingga ke akar-akarnya. Mereka menegaskan bahwa kekerasan tidak akan menghentikan perjuangan, justru akan memperkuat tekad untuk melawan ketidakadilan dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh praktik tambang ilegal. (***)