LENSA.TODAY -KAMPUS- Stunting masih merupakan tantangan besar kesehatan masyarakat untuk menuju Indonesia emas tahun 2045.
Berdasarkan hasil E-PPBGM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) Agustus 2022 prevalensi stunting di Provinsi Gorontalo berada pada angka 9.1%. Walaupun berada pada angka prevelansi dibawa 14%, bukan berarti bahwa permasalahan gizi di Provinsi Gorontalo dianggap selesai.
Masalah gizi sensitif masih menjadi pekerjaan rumah yang akan terus diupayakan oleh Pemerintah Daerah di seluruh Kab/Kota di Provinsi Gorontalo.
Merespon hal tersebut, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Gorontalo (UG) yang merupakan salah satu pendidikan kesehatan yang bergerak dibidang promotif dan preventif di Kabupaten Gorontalo melakukan pembinaan kesehatan reproduksi remaja, pemberian edukasi gizi di Posyandu, dan penguatan pada pengetahuan terhadap penurunan kualitas pangan akibat pencemaran mikroplastik di Kecamatan Batudaa Pantai, kabupaten Gorontalo, (12/10/22).
Kepada Lensa.Today Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo Dr. Rahmawati, SKM., M. Kes mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk implementasi tanggung jawab moral institusi pendidikan kesehatan masyarakat terhadap Kabupaten Gorontalo yang sedang berupaya mendukung kebijakan pemerintah pusat untuk menurunkan angka stunting ditahun 2024.
” Selain itu, kegiatan ini sebagai bentuk respon pihak fakultas terhadap pemerintah daerah untuk bersama-sama terlibat dalam mendukung program konvergensi percepatan penurunan stunting yang tentunya hal ini telah diperkuat lagi adanya Nota Kesepahaman FKM dengan pihak BKKBN Perwakilan Provinsi Gorontalo,” ucap Dr. Rahmawati.
Lebih Lanjut Dr. Rahmawati menjelaskan bahwa Bentuk tanggung jawab moral FKM terhadap masalah stunting di Kabupaten Gorontalo adalah dengan keterlibatan akademisi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat yang merupakan Satgas PPS sebagai konsultan dibidang Program
” Sehingga hal ini dinilai telah merespon kenginan dan arahan pemerintah pusat melalui leading sektornya untuk berpartisipasi secara gotong royong mengentaskan stunting di Negeri tercinta khususnya di Kabupaten Gorontalo”, tegas Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo.
Perlu diketahui, Kabupaten Gorontalo pernah menjadi kabupaten dengan angka prevalensi stunting yang mencapai 32.3% ditahun 2017 dan kemudian berhasil menurunkan angka prevalensi tersebut di tahun 2022 menjadi 4.7% (berdasarkan hasil survei e-ppbgm) .
Keberhasilan pemerintah Kabupaten Gorontalo menangani stunting melalui strategi pentahelix yang mengakselerasi percepatan penurunan stunting yang mendukung 5 pilar strategi nasional salah satunya melalui kemitraan dengan Akademisi Perguruan Tinggi.
Kegiatan tri dharma perguruan tinggi dianggap penting menjadi sarana implementasi hasil kajian teori dalam bentuk jurnal ilmiah ke dalam bentuk kegiatan aplikatif ke masyarakat sehingga para pembuat kebijakan daerah lebih terarah dalam mendesain kebijakan akselerasi percepatan penurunan stunting berbasis kemitraan dengan sektor perguruan tinggi. (Iqbal)