LENSA.TODAY, -(GORONTALO) Proyek infrastruktur di daerah kembali memantik tanda tanya publik. Proyek pembangunan Terminal Limboto yang dirancang sebagai pusat transportasi modern di Kabupaten Gorontalo kini menghadapi sorotan tajam. Pasalnya, meski telah menyerap anggaran sebesar Rp 3.515.220.826,46 pada tahap awal, realisasi fisik di lapangan sangat jauh dari harapan.
Hasil pantauan langsung dan informasi dari warga sekitar mengungkapkan kondisi yang memprihatinkan. Lokasi yang seharusnya menjadi area pembangunan terminal hanya memperlihatkan lahan kosong dengan beberapa struktur bangunan yang tidak selesai. Tidak terlihat adanya peralatan berat, pekerja, ataupun aktivitas konstruksi sebagaimana proyek sekelas terminal kabupaten.

Melihat kondisi ini, BEM Nusantara Wilayah Gorontalo menyampaikan sikap kritis. Koordinator Wilayah, Harun Alulu, mengatakan bahwa proyek ini seolah kehilangan arah. Ia mempertanyakan efektivitas penggunaan anggaran yang begitu besar, sementara hasilnya nihil.
“Kami melihat proyek ini seperti kehilangan arah. Uang negara yang begitu besar sudah digelontorkan, tapi kenyataan di lapangan sangat minim hasilnya,” ungkap Harun.
Harun juga menambahkan bahwa mahasiswa memiliki kewajiban moral untuk mengawasi proses pembangunan, terutama yang menyangkut fasilitas publik. Namun, ia menyadari bahwa wewenang untuk menelusuri lebih dalam indikasi kerugian negara adalah tanggung jawab aparat penegak hukum.
“Kami hanya bisa memberi tekanan moral. Tapi kalau menyangkut indikasi penyimpangan dan kerugian negara, itu wilayah APH. Kami mendesak agar mereka segera turun tangan dan menyelidiki ini secara serius,” tegasnya.
Merujuk data penganggaran, proyek Terminal Limboto pada tahap awal 2024 telah menyerap dana sebesar Rp 3.515.220.826,46 dari anggaran negara. Sayangnya, nilai yang fantastis itu belum mampu menjawab ekspektasi publik.
BEM Nusantara Gorontalo mendesak dengan menyerukan agar inspektorat daerah, kejaksaan, bahkan KPK mulai menaruh perhatian pada proyek ini. Harus ada audit menyeluruh dan investigasi yang serius untuk memastikan tidak ada penyimpangan dalam proyek tersebut.
“Proyek Terminal Limboto kini bukan hanya menjadi simbol pembangunan yang tersendat, tapi juga menjadi cerminan betapa pentingnya akuntabilitas dan pengawasan publik. Ketika dana negara telah mengalir, maka setiap rupiah harus bisa dipertanggungjawabkan, apalagi ketika yang dipertaruhkan adalah kepercayaan masyarakat terhadap negara,” pungkasnya. (Arb)