LENSA.TODAY, -(GORONTALO)- Fadri Dunggio, putra asli Gorontalo Utara, angkat bicara terkait penolakannya dalam proses rekrutmen tenaga operator alat berat di perusahaan Gorontalo Mineral yang dinilainya janggal dan tidak transparan.
Fadri mengungkapkan bahwa dirinya telah melewati seluruh tahapan seleksi, mulai dari tes tulis hingga tes lapangan. Ia menegaskan, kelulusan ke tahap tes lapangan merupakan bukti bahwa dirinya telah memenuhi standar awal yang ditetapkan perusahaan.
Dalam tes lapangan, Fadri menjalani praktik langsung mengoperasikan alat berat. Bahkan, salah satu pengawas lapangan secara terbuka menyampaikan bahwa kualifikasi tenaga kerja yang selama ini dicari perusahaan adalah sosok seperti dirinya.
Pernyataan tersebut disampaikan tepat setelah Fadri menyelesaikan praktik, yang semakin menegaskan bahwa kemampuan teknisnya tidak bermasalah.
Namun ironisnya, sejak 29 November 2025, Fadri justru dibiarkan menunggu tanpa kejelasan. Kepastian baru diterimanya pada 23 Desember 2025 melalui pesan WhatsApp dari PT Persona Prima Utama, yang menyatakan bahwa dirinya tidak dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya, disertai keterangan bahwa keputusan tersebut bersifat final, tanpa disertai alasan yang jelas.
Meski menerima keputusan itu dengan lapang dada, Fadri menilai terdapat kejanggalan serius setelah beredar percakapan WhatsApp internal yang menyebutkan bahwa dirinya dinyatakan tidak lulus akibat hasil wawancara dan penilaian attitude.
Fadri dengan tegas membantah tudingan tersebut. Ia menilai penilaian “attitude buruk” tidak berdasar dan cenderung mengada-ada. Menurutnya, dalam sesi wawancara, fokus pertanyaan justru lebih banyak diarahkan pada polemik lama yang pernah terjadi di perusahaan tambang Pohuwato, bukan pada kompetensi, pengalaman kerja, maupun etika profesional.
Dalam wawancara tersebut, Fadri mengakui bahwa dirinya pernah bersikap kritis terhadap kebijakan atasannya di tempat kerja sebelumnya, khususnya terkait sistem perekrutan tenaga kerja yang dinilai lebih mengutamakan pekerja dari luar Gorontalo dibandingkan putra daerah. Sikap kritis inilah yang diduga justru dijadikan alasan untuk menggugurkan dirinya.
“Kalau memperjuangkan keadilan dan keberpihakan pada tenaga lokal dianggap sebagai attitude buruk, maka ini patut dipertanyakan,” tegas Fadri.
Di akhir pernyataannya, Fadri secara terbuka meminta klarifikasi resmi dari pimpinan Gorontalo Mineral terkait dasar penilaian yang digunakan dalam menggugurkan dirinya. Ia menilai proses rekrutmen harus dilakukan secara profesional, objektif, dan transparan, bukan berdasarkan penilaian subjektif yang berpotensi membungkam suara kritis.
Kasus ini kembali membuka pertanyaan besar mengenai komitmen perusahaan tambang di Gorontalo terhadap pemberdayaan putra daerah serta integritas dalam sistem perekrutan tenaga kerja. (Arb)









