LENSA.TODAY, -(GORONTALO)- Tindakan Direktur RSUD MM. Dunda Limboto mempolisikan Ketua Permahi Gorontalo kini mendapat kecaman dari Mantan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo).
Menurutnya, ketika seseorang memutuskan untuk menjadi pejabat publik baik tingkat daerah ataupun nasional, sejatinya mereka juga harus siap menerima saran dan kritik dari warga sipil yang mereka layani.
” Kritik dapat membantu pejabat publik tersebut untuk memperbaiki kinerja dan mengambil kebijakan komprehensif yang diperlukan guna meningkatkan kualitas layanan publik agar terjalin sebuah komunikasi yang demokrasi dengan tujuan memberikan umpan balik,” ucap Yahya.
Selain itu juga Yahya menyebutkan bahwa kritik yang jujur dan konstruktif merupakan peluang emas untuk tumbuh dan berkembang, bukan hambatan bagi pejabat publik yang kadung diberi amanah sebagai sosok pemimpin.
” Dalam konteks sosial dan politik, kritikan juga menjadi sangat penting guna mempertanyakan ulang atau menguji sebuah konsepsi kebenaran suatu tindakan dalam memperkuat demokrasi agar berjalan sesuai yang dicita-citakan,” ungkapnya.
Nah, yang terjadi terhadap Direktur RSUD MM Dunda Limboto merupakan pejabat yang anti menerima kritikan dan merasa ‘demam’ jika ada masyarakatnya yang berani mengkritisi tindakan atau kebijakan yang dibuat mereka.
” Sikap tersebut tentunya dapat mencederai kebebasan berpendapat sekaligus menghambat kemajuan pembangunan suatu daerah,” kata Yahya.
” Semestinya, sebagai seorang pelayan publik, harusnya Direktur RSUD MM Dunda Limboto siap menerima kritikan terhadap mereka yang dilayani dan jangan bersikap reaksioner dengan mencari dukungan dari sejumlah pihak untuk meredam si pengkritik apalagi sampai mempolisikan si pengkritik dengan dalil pencemaran nama baik,” sambung Yahya.
Tak hanya itu, Yahya juga menyebutkan bahwa mahasiswa,masyarakat berhak mengkritik para pejabat publik. Sebab, kehidupan pejabat publik seperti gaji dan tunjangan lainnya berasal dari rakyat. Ia meminta seorang pejabat publik tak menggunakan perasaan saat menerima kritikan dari rakyat.
“Kalau mahasiswa dan rakyat mempertanyakan itu normal. Kalau tak kuat jadi pejabat publik maka mundur. Jadi jangan pakai perasaan,” katanya.
” Ia pun mengungkapkan kualitas pejabat yang anti terhadap kritik nantinya hanya menganut sistem ABS yaitu Asal Bapak Senang,” pungkas Mantan Presiden BEM UMGo. (Arb)








