LENSA.TODAY, (GORUT) – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gorontalo Utara menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) menanggapi persoalan jagung di daerah itu.
Anggota Komisi II DPRD Gorontalo Utara, Lukum Diko mengatakan, RDP menghadirkan para pihak terkait yang berlangsung diruang rapat gedung DPRD.
Dua perusahaan besar penampung jagung yang beroperasi di wilayah Gorontalo Utara yaitu PT Santosa Utama Lestari (SUL) dan PT Gorontalo Pangan Lestari (GPL) dihadirkan untuk mendengarkan alasan mereka menutup gudang padahal antrean jagung milik petani terus berdatangan.
Termasuk pihak Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan serta Dinas Koperasi Perdagangan Perindustrian dan UMKM juga hadir.
Lukum mengatakan RDP untuk menindaklanjuti keluhan petani terkait stok jagung yang mereka bawa ke gudang tidak diterima, termasuk keluhan terkait harga beli pihak perusahaan yang sangat rendah.
“Melalui RDP ini, pihak perusahaan menyampaikan bahwa kondisi tersebut bukan persoalan permainan harga. Tetapi persoalan harga jual perusahaan ke luar (ekspor) yang memang turun. Bahkan sampai saat ini permintaan jagung dari luar daerah pun minim sehingga sangat berpengaruh pada harga jual. Namun di sisi lain, hasil panen dari para petani di daerah ini membludak,” kata Lukum Diko.
Berdasarkan penyampaian dua pihak perusahaan tersebut bahwa stok jagung yang ditampung pun sudah melebihi kapasitas.
Saat ini kondisi gudang telah penuh sehingga tidak bisa menampung melebihi kapasitas. Bahkan pihak perusahaan mengaku banyak stok jagung terpaksa disimpan di teras gudang hanya ditutup dengan terpal.
“Mereka (perusahaan) sementara mencari solusi untuk menitipkan jagung di depo-depo yang ada di Pelabuhan Anggrek. Meski begitu hingga saat ini belum ada depo yang kosong untuk digunakan,” kata Lukum mengutip penyampaian pihak perusahaan melalui RDP tersebut.
Lukum mengatakan berdasarkan RDP tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada permainan harga jagung, namun permintaan ekspor justru turun menyebabkan stok jagung di gudang membludak akibat panen sementara melimpah.
Pihak perusahaan kata Lukum juga merasa prihatin dengan kondisi tersebut, namun daya tampung gudang sudah melebihi kapasitas.
Saat ini harga jagung di tingkat perusahaan mencapai Rp4.100 hingga Rp4.500 per kilo gram. Untuk harga Rp3.800 jika kadar air mencapai 15 persen. Itu pun tidak dilakukan pemotongan.
DPRD kata Lukum pula, meminta pihak perusahaan untuk menginformasikan harga jagung ke petani.
Informasi harus disampaikan detail dengan kadar air agar tidak ada informasi atau asumsi liar yang berkembang.
Komisi II DPRD berharap akses penjualan (ekspor) jagung dari perusahaan ke luar dapat terbuka lebar (lancar).
“Kita carikan solusi untuk permintaan ekspor tersebut agar petani dapat menikmati keuntungan,” tandasnya. (Adv)