LENSA.TODAY, (LITERASI) – Produktivitas penulis Indonesia mengalami kemunduran beberapa tahun terakhir, bersamaan dengan lunturnya Budaya baca dikalangan generasi Z serta beralihnya selera membaca buku cetak ke buku digital.
Selain itu menurut Arman Mohammad, penjualan buku secara online bukan hanya menyebabkan toko buku besar terancam tutup, bahkan ada yang sudah resmi tutup total misalnya toko buku “Gunung Agung” tetapi juga menyuburkan praktek duplikasi percetakan buku secara ilegal.
“Di medsos banyak ditawarkan buku daur ulang(Foto copy)dengan harga yg bahkan lebih mahal dari buku Cetakan aslinya.
Kondisi ini memperparah industri buku yang notabene bukan hanya menghidupi pemodalnya tetapi juga karyawan dan penulis itu sendiri,”tutur Arman dalam tulisan Facebooknya, rabu (30/08/2023).
Arman menjelaskan, bahwa dibawah tahun 2000 kita mengalami masa keemasan produktifitas para penulis buku dari Indonesia termasuk para penerjemah buku best seller dari luar negeri.
Dan bahkan kata Arman, Saat ini buku yg ditawarkan secara online hampir tidak ada judul baru. Dan sebagian besar adalah buku yg telah ada di rak-rak buku khalayak pada umumnya, Bahkan lebih parah kita sering menerima buku “Aspal” dari para kurir yg cetakannya buram.
“Toko buku Gunung Agung tahun 2023 resmi telah menutup secara permanen toko pusat dan cabangnya di seluruh Indonesia sungguh sangat menyedihkan,”urai Arman.
Bagi kolektor buku pasti tutur Arman, punya kenangan dengan toko buku satu ini selain TB.Gramedia.TB.Gunung Agung yg ada di Kwitang dekat kali misalnya adalah tempat favorit memburu buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau serta suasana toko yg sejuk dan luas.
“Saat itu tempat nongkrong paling mengasyikkan bukanlah kafe dan Warkop. Namun kini kenangan yg mungkin tidak pernah dirasakan oleh generasi milenial itu mati terkubur bersama masa lalu yang tak mungkin terulang lagi,”ujar Arman sembari mengenang masa lampaunya.
Terakhir Arman Menuturkan, Apakah ini pertanda buruk dari upaya kita bersama mendorong budaya literasi atau merupakan lonjakan keberhasilan dari gaya hidup digital dengan membaca buku melalui Aplikasi e-book.
“Kita berharap nasib TB.Gunung Agung tidak akan menimpa TB.Gramedia.sebuah ritel buku terbesar yg masih bertahan hidup hingga hari ini,”tukas Arman penuh harap.