LENSA.TODAY, -(GORONTALO)- Umat Islam di seluruh dunia baru saja merayakan pergantian Tahun Baru Islam 30 Zulhijjah 1443 H.
Di Gorontalo sendiri, khususnya Kabupaten Gorontalo, Kecamatan Tibawa di Tahun Baru Islam kali ini ditandai dengan festival tutulu. Jum’at, 29 Juli 2022
Nampak terlihat, kegiatan memperingati tahun baru islam dihadiri oleh Bupati Kabupaten Gorontalo, Ketua DPR Kabupaten Gorontalo, Camat Tibawa, Kapolsek Tibawa, Danramil Tibawa, Kepala-Kepala Desa Se-Kecamatan Tibawa serta masyarakat Kabupaten Gorontalo.
Kepada Lensa.today, Ketua DPR Kabupaten Gorontalo Syam T. Ase menjelaskan bahwa peringatan pergantian tahun baru islam yang ditandai dengan adanya vestifal tutulu harus dikembangkan. Momentum hari-hari besar seperti ini harus di dukung oleh pemerintah daerah.
“Kami sebagai pemerintah daerah akan mendukung terkait kreatifitas masyarakat dalam memperingati hari-hari besar islam, dan kami akan memasukan festival tutulu ini pada kalender ivent kegiatan kabupaten gorontalo”, ucap Ketua DPRD

Sebagaimana yang disampaikan oleh Bupati dalam sambutannya bahwa Bupati sangat merespon kegiatan ini dan terkait anggaran, tidak usah khawatir karena itu tugasnya kami DPR.
“Jelas dalam sambutan Bupati, kedepannya kegiatan ini akan di back up oleh pemerintah daerah, terkait anggaran jangan khawatir, kami di DPR akan pasang badan terkait penganggaran kegiatan Festival Tutulu ini”, ungkap Syam T. Ase.
Ditempat yang sama, Ketua Pantia Kegiatan memperingati tahun baru islam yang di tandai dengan festival Tutulu, Helmi Hatlah mengucapkan terimakasih atas dukungan semua pihak yang membantu atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Terimakasih atas dukungan semua pihak, karena atas kerjasama pemerintah daerah, pemerintah kecamatan, pemerintah desa, masyarakat serta kerja keras panitia pelaksana sehingga kegiatan ini terselenggara dengan sukses”, ungkap Helmi.
Selain itu juga, Helmi menambahkan bahwa alasannya perayaan tahun baru islam ditandai dengan festival tutulu ini memiliki dua makna, yakni Hijrahtul Rasul dan pendekatan sosiokultural.
“Makna yang terkandung dalam pembuatan cucur menyimbolkan Hijjaratul Rasul. Berarti Hijjrah. Coba kita lihat proses pembuatan cucur, prosesnya adalah satu belangan satu, setelah itu di aduk-aduk terus di ganti lagi begitu dan seterusnya, bukan hanya dibiarkan begitu saja. Begitu juga kita berhijrah, jangan berhijrah hanya stengah-stengah”, jelas Helmi
“Sedangkan pendekatan sosiokultur memiliki makna bahwa pembuatan cucur merupakan budaya para masyarakat lokal yang biasanya dilakukan saat melakukan panen hasil pertanian”, sambung helmi
Terkait festival Tutulu, banyak hal yang dilombakan terutama jumlah cucur yang disediakan oleh peserta. Jumlah total cucur yang masuk di panitia kurang lebih 21.450 biji.
Adapun yang memenangkan festival tutulu yakni :
Juara I : Desa Molowahu dengan jumlah cucur 5.700 biji.
Juara II : Desa Isimu Raya dengan jumlah cucur 2.500 biji.
Juara III : Alumni SMP Isimu dengan jumlah cucur 1.435 biji.