LENSA.TODAY, -(KABGOR)- Dalam rangka refleksi Sumpah Pemuda yang ke 94, Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Peduli Daerah (AMMPD) Provinsi Gorontalo menggelar dialog publik disalah satu warung kopi (warkop) yang berada di Kabupaten Gorontalo. Jumat, (28/10/2022).
Dialog publik tersebut menghadirkan Narasumber tokoh-tokoh masyarakat serta para pimpinan DPRD Kabupaten Gorontalo.
Sebagaimana pantauan awak media, bahwa pada dialog publik tersebut terjadi adu argumentasi diantara peserta dengan para narasumber.
Salah satu peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut, Meis Kiraman menjelaskan bahwa momentum Hari Sumpah Pemuda dijadikan sebagai moment untuk saling mencari solusi dalam berbagai dugaan persoalan yang timbul di daerah Kabupaten Gorontalo.
Disisi lain, Koordinator AMMPD Rahmat Mamonto menjelaskan bahwa momentum hari sumpah pemuda menjadi ajang untuk mempresure berbagai polemik yang terjadi di Kabupaten Gorontalo, baik terkait dugaan kasus Korupsi ataupun polemik Bupati Nelson Pomalingo dengan perempuan bercadar Ifana Abdulrahman.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gorontalo menjelaskan bahwa polemik yang terjadi saat ini di Kabuoaten Gorontalo jangan hanya disalahkan kepada DPRD.
Bahkan, Irwan Dai menyebutkan bahwa persoalan Ifana Abdulrahman yang datang ke DPRD yang diduga melaporkan persoalan moral yang berkaitan dengan Bupati Kabgor, pihak DPRD sudah sangat sulit untuk menghubungi perempuan bercadar tersebut.
Disamping itu juga, Irwan Dai menjelaskan bahwa polemik perempuan bercadar dengan Bupati Kabupaten Gorontalo saat ini, sang pelapor Ifana Abdulrahman sangat sulit untuk dihubungi, bahkan dirinya juga menjelaskan bahwa ketika pihak DPRD menghubungi perempuan bercadar tersebut, pertama dirinya beralasan sementara berduka, kemudian dihubungi lagi, alasannya sementara sakit, dihubungi lagi alasannya sementara berada diluar daerah.
Selanjutnya Irwan Dai menjelaskan bahwa kekisruan yang terjadi selama ini karena datangnya perempuan bercadar ke Kantor DPRD, akan tetapi jika dibandikan antara Ibu Fory dengan Ifana, Ifana bukan level Sang ibu Bupati yang bergelar Profesor. tutupnya.