LENSA.TODAY, -(GORONTALO)- Bocornya Rekaman wawancara tersangka investasi bodong Rahmat Ambo yang dilakukan oleh salah satu media online diduga diperintahkan oleh Tega Apria Abdi.
Pasalnya, Pasalnya, rekaman wawancara yang berdurasi 2 Menit 19 detik ini menggunakan Handphone milik Tega Apria Abdi serta atas persetujuan penyidik Polda Gorontalo. Didalam rekaman tersebut, Rahmat Ambo mengatakan alasan dirinya melarikan diri dari Provinsi Gorontalo untuk mengamankan diri dan membawa anaknya menemui neneknya yang berada di Pekan Baru.
“Alasan kenapa saya kabur kemarin itu yang pertama jiwa saya itu terancam, rumah saya itu banyak dikerumunin oleh massa dan banyak ancaman. Makanya saya kabur itu bukan seperti orang bilang bawa uang 40 miliar, saya keluar dari Gorontalo ke pecan baru itu karena saya mau bawa anak saya itu yang umur 4 Tahun menemui neneknya. Jadi setelah di Pekan Baru itu saya tidak kemana-mana, tapi saya juga tidak pernah menghubungi Pak tega karena saya takut dengan bang tega.” ucap Rahmat dalam rekaman terbut.
Rahmat pun menyampaikan bahwa isu dirinya membawa dana miliaran rupiah itu tidak benar, dimana dirinya melarikan diri dikarenakan rumahnya didatangi masyarakat dengan berbagai tekanan.
“Saya kabur dari Gorontalo katanya bawa uang 10 miliar. Tidak, saya kabur dari Gorontalo itu membawa anak saya dan posisi saat itu saya memang loss karena banyak permainan admin. Karena rumah saya itu dari jam 7 sampe jam 1 malam itu sudah dikerumunin oleh orang dengan berbagai ancaman dan tekanan. Jadi saya berangkat ke menado turun di Surabaya langsung ke Pekan Baru dengan tujuan mengamankan diri dan mengantar anak ke rumah neneknya,” ungkap Rahmat.
Ditambahkannya lagi terkait pertanggung jawaban atas Investasi Bodong yang dilakukan tersebut dengan menerima konsekwensi hukum dikarenakan dirinya sudah tidak memiliki dana lagi.
“Untuk bertanggung jawab untuk mengganti, saya sudah tidak punya dana lagi karena waktu itu saya ada pengembalian modal tapi tidak mencukupi karena ada beberapa akun sudah coleps juga kan, jadi mempertanggung jawabkan dengan menerima semua konsekwensi hukum. Kalau orang berharap mo ta pulang doyi ini, Madiaa boti doyi ey,pataa matotonu doyi ey. Jadi permintaan maaf buat keluarga, masyarakat Gorontalo khususnya nasabah dan lebih besar maaf saya itu ke IBF. Karena tidak tahu segala praktik saya. Praktik saya awalnya berjalan mulus,dengan segala apa arahan IBF itu saya jalankan. Pada saat beberapa bulan saya jalankan itu sudah melenceng dari aturan perusahaan atau sudah lewat dari edukasi.” Tutup Rahmat saat diwawancarai disel tahanan Polsek Bukit Raya Pekan Baru.
Sementara itu, Salah satu admin yang namanya enggan disebutkan mengatakan bahwa keikutsertaan mereka itu dikarenakan ajakan Rahmat Ambo dengan pembuktian bahwa dirinya adalah perwakilan dari PT. IBF serta keberadaan Kepala Cabang IBF Pekan Baru Tega Apria Abdi yang mendampingi RA di Provinsi Gorontalo.
“ Itu yang sempat beken saya bingung, bagaimana runtuhnya karena admin itu bagaimana depe cara?, saya dengan taman-taman yang lain itu ada ba cari. Baru te Rahmat Ambo pe bukti-bukti rekomendasi dari IBF?, Bahwa dia kan dilindungi oleh IBF.torang beralih dari Rinto itu karena perusahaan IBF-nya itu.” Ungkapnya.
Selain itu juga, para admin dan nasabah itu terpengaru akan kepastian presentase yang lebih besar dari salah satu Owner Investasi yang merupakan Oknum Anggota Kepolisian.
“Kalau torang tau dia non perusahaan, mana mau torang dan lebih baik di Rinto saja. Cuma dia hadir dengan menujukan dia punya legalitas dan legal perusahaan dengan iming-iming bahwa ini so paling aman, baru selama Tega datang ke Gorontalo semua admin-admin ini kan tau, skemanya dorang (Tega dan 2 Orang Lainnya) tau. Cuma kan begini, ini barang ini kan sudah bergulir. Rinto saat itu sudah membangun pondasi dan lain sebagainya, sehingganya masyarakat Gorontalo sudah tidak perlu dijelaskan dan tidak perlu diedukasi. Cuma terakhir kan bermain di presentasi siapa yang lebih besar.” jelasnya seraya menambahkan.
Bahwa selama investasi forex PT. IBF itu menjanjikan presentase keuntungan, dan tudingan Rahmat Ambo yang mengatakan bahwa semua ada permainan admin itu tidak benar.
“Sehingganya ketika Rahmat Ambo datang, awal-awal dia bicara soal begini resiko forex, begini mekanisme forex dan Setelah itu sudah tidak lagi. Sudah bercerita tentang profit, jadi masyarakat itu so tidak lagi mendengarkan edukasi dan berfikir akh yang ini lebih besar. Dan itu dijanjikan. Kan cara informasi pemasarannya begitu. Artinya begini, sebenarnya pengaruhnya admin itu tidak ada. Kemarin itu di grup dia (Rahmat Ambo) memberikan ultimatum semua harus sejajar 30, jadi torang admin itu bermain di 30 sesuai depe arahan. Kalau admin yang beken hancur ini kan semua peraturan siar itu kan dorang yang atur. Dorang yang atur depe skema, dorang yang atur dan lain sebagainya.” Tutupnya.
Dilansir dari Faktanews.com, bahwa Ketika Fakta News menghubungi via whatsapp untuk mencari tahu kebenaran dugaan persoalan investasi bodong dan wawancara Rahmat Ambo dalam Sel Tahanan serta dugaan keterlibatan IBF dalam persoalan tersebut. Pihak Penyidik dari Ditreskrimum IPDA Darwin Pakaya enggan memberikan komentar.
“Ke Humas Uwtiz,” Jawabnya singkat.
Menanggapi hal tersebut, Ketua LSM Jaman Provinsi Gorontalo Frangkymax Kadir meyayangkan tidak adanya transparansi dari pihak penyidik perkara investasi bodong.
“ Pertama saya kecewa atas tidak adanya transparansi dari pihak Polda, kedua setelah ditangkap hingga proses Tahap I (satu)di Kejaksaan tidak ada yang mengetahui. Yang ada informasi bahwa Polda Gorontalo sudah Tahap I (Satu) dan parahnya lagi tidak ada penjelasan kenapa perkara itu telah di kembalikan.” Ungkap Frangkymax
Menurut Frangkymax bahwa seharusnya ada sebuah Konferensi Pers agar persoalan investasi bodong tersebut harus dibuka secara umum.
“ Jangan hanya media tribarata dan satu media online yang Tau persoalan investasi bodong tersebut. Apalagi persoalan wawancara didalam sel tahanan. Hal yang tidak mungkin Tersangka bisa diwawancara tanpa sepengetahuan penyidik, kalau persoalan itu ditanya ke bagian Humas pasti jawabannya tidak tahu.” pungkas Frangky (***)